Pengamen perkotaan
adalah fenomena yang mulai dipandang sebagai masalah serius, terutama dengan
semakin banyaknya permasalahan sosial ekonomi dan politik yang ditimbulkannya.
Modernisasi dan industrialisasi sering kali dituding sebagai pemicu, diantara
beberapa pemicu yang lain, perkembangan daerah perkotaan secara pesat
mengundang terjadinya urbanisasi dan kemudian komunitas-komunitas kumuh atau
daerah kumuh yang identik dengan kemiskinan perkotaan.
Indonesia merupakan negara
berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan
dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat di setiap kota
pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya
pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat
menggambarkan 'masyarakat miskin perkotaan'. Bahkan di malam hari banyak
orang-orang tertentu yang tidur di emperan toko pinggir jalan. Kondisi demikian
sangat memprihatinkan dan harus segera di atasi.
Faktor-faktor yang
membuat seseorang mengamen diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Ekonomi
Anak pengamen harus mau
melakukannya demi tuntutan ekonomi, dimana orang tua tidak mampu
membiayai kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah. Untuk itu demi memenuhi
kebutuhan tersebut maka seorang anak harus melakukannya. Bahkan
kadangkala orang tua menyuruh anaknya mengamen untuk menambahi kebutuhan hidup
atau orang tua yang malas bekerja hanya mengandalkan hasil pengamen anaknya,
2. Kurang Kasih Sayang
Anak yang kurang kasih
sayang atau tidak menerima kasih sayang dari orang tua. Artinya hanya
karena kesibukan orang tua sibuk untuk mencari harta atau kesenangan sehingga
orang tua tidak memiliki waktu untuk mencurahkan perhatian, bertanya
tentang apa masalah anak, bertukar pikiran, dan berbagi rasa dengan anak.
Dengan tidak menerima kasih sayang dari orang tua maka anak pun mencari
kesenangan dengan lain untuk menghibur dirinya walaupun dengan cara
bagaimanapun. Cara mengamen adalah salah satu penghiburan diri bagi anak karena
dengan bernyanyi sebagai pengamen dapat menghibur hati, menungkapkan isi hati,
dan menghabiskan waktu,
3. Rasa ikut-ikutan
Anak dipengaruhi
lingkungan atau teman sebaya untuk mencari hiburan, menghindari pekerjaan
rumah, pekerjaan sekolah atau merasa hebat akan dirinya. Padahal jika ditesuri,
sebenarnya niat seorang anak, segi ekonomi, tidak membuat anak menjadi seorang
pengamen, tetapi hanya karena ikut-ikutan atau dipengaruhi maka seorang
anak pun melakukannya. Dengan melihat situasi ini meskipun anak pengamen harus
mengalami panas terik, hujan, caci maki, pukulan, tetap memiliki jumlah yang
banyak. Hampir ditiap persimpangan jalan dapat ditemui di pasar, di rumah
makan, terminal, dan sebagainya.Akan tetapi hal yang sering muncul adalah
bersifat negatif dari berbagai kalangan seperti akan menganggu kemacetan lalu
lintas, kurangnya nilai estetika tata ruang kota, dan menganggu kenyamanan yang
berkendaraan. Yang sudah diteliti bahwa psikologis anak pengamen ini tidak
memiliki rasa malu, tidak peduli atau acuh tak acuh, dengan tujuan agar
keberadaan mereka diterima masyarakat sebagai bentuk budaya baru. Agar
keberadaan mereka tetap eksis anak pengamen juga berupaya untuk melawan
berbagai pihak baik pihak hukum dan non hukum hanya untuk mempertahankan harga
diri dan rasa solidaritas diantara mereka.
Fenomena sosial
kehidupan anak pengamen memiliki dua arti yaitu pengaruh yang hanya bekerja di
jalanan dan menunjukkan gaya kehidupan di jalanan. Bekerja di jalanan
artinya mencari nafkah hanya mengandalkan pengamen untuk kebutuhan hidup
sedangkan gaya hidup di jalanan hanya sekedar mewujudkan dapat hidup
dijalanan dan tidak hanya mengandalkan hasil pengamen. Dari segi usia
sebenarnya anak pengamen tidak wajar melakukannya dengan alasan orang tua harus
memiliki tanggung jawab dan memberi kasih saysng kepada anaknya. Meskipun orang
tua tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebaiknya anak tidak
dibolehkan mengamen lebih baik menjual makanan atau kebutuhan kecil-kecil
dengan cara berkeliling untuk menambah kebutuhan hidup walaupun keuntungan
tidak besar.
Untuk itu sebagai orang
tua harus mampu memberikan tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak agar
tidak terjadi anak pengamen di tengah kota. Disamping itu aparat hukum memiliki
aturan yang tegas terhadap hukum, hukum harus ditegakkan demi masa depan
anak bangsa. Apabila hal-hal ini dilakukan maka sangat tipis kemungkinan
munculnya anak pengamen di jalanan yang saat ini telah menjamur. Selain itu
juga jika anak pengamen tidak muncul di tengah kota maka nilai estetika kota
pun ada, hal-hal yang tidak diinginkan pun tidak terjadi. Sehingga untuk menuju
Kota Medan Metropolitan pun terwujud walaupun masih membutuhkan
perbaikan-perbaikan dibidang yang lain.
·
Merasa Bebas
·
Mendapat sedikit penghasilan
·
Dapat menyambung umur/terus hidup.
· Membuat lingkungan menjadi kumuh
· Menjadi masalah sosial.
· Masa depan semakin suram
· Bertambahnya angka anak putus sekolah
·
Memperkuat iman dan taqwa anak sejak dini.
·
Mengumpulkan pengamen untuk di beri keterampilan
agar dapat lebih berguna bagi masyarakat. Sperti di ajarkan bermain musk dengan
baik.
·
Memberi beasiswa bagi anak yang kekurangan biaya
agar tidak putus sekolah.
·
Orang tua lebih memperhatikan anaknya
·
Orang tua lebih mengawasi pergaulan anaknya